Selamat Datang
April 2014 | Indonesia cerdas

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 02 April 2014

Progress Pengembangan Alutsista Buatan Dalam Negeri

alutsista buatan dalam negeri
alutsista buatan dalam negeri

Assalamualaikum wr wb. Selamat pagi, request permission to rejoin formation:D
Rame diskusi soal industri alutsista dalam negeri. Secara ringkas, plan dan progress pengembangan alutsista buatan dalam negeri antara lain sebagai berikut
A. Matra Darat:
  1. Tank medium, target bobot max 30 ton, 120 mm smooth bore gun, composite armor, active protection system (in progress, 35% completed)
  2. Sistem roket kendali dan nir kendali multi laras untuk artileri medan dengan jarak jangkau 40-80 km (in progress, 85% completed)
  3. Sistem peluru kendali balistik jarak pendek (< 300 km) berplatform truk roda ban (in progress, 50%completed)
  4. Sistem peluru kendali balistik jarak menengah ( < 2000 km) berplatform truk roda ban (in progress, 30% completed)
  5. Sistem peluru kendali balistik antar benua (10.000 – 15.000 km) berplatform kereta api (in progress, detailed engineering design based on SS-24 system, platform vehicle sample obtained and currently being re-designed)
  6. Sistem peluru kendali anti pesawat udara multi pemandu jarak sedang berplatform truk roda ban (in progress, 40% completed)
  7. Sistem peluru kendali anti pesawat udara multi pemandu jarak jauh berplatform truk roda ban (in progress, 30% completed, design based on S300PMU1 system)
  8. Sistem manajemen tempur dan logistik terpadu (integrated battle and logistic management system, enable field commander to coordinate large scale combat units and battle assets in multi spectrum engagements)
  9. Sistem alkom (alat komunikasi) tahan jamming dan terenkripsi.
  10. Sistem radar kontra artileri medan.
Ilustrasi. System rail based SS-N-24-22 Russia
Ilustrasi. System rail based SS-N-24-22 Russia
B. Matra Laut
  1. Kapal Cepat Rudal Trimaran 74+94m (littoral combat vessel designed) and 120 m (ocean going heavy corvette)
  2. Kapal Perusak Kawal Rudal/frigate kelas Sigma (design mengacu pada kapal perusak kelas DZP, sistem manajemen tempur racikan Thales + LEN berbasis CAWCS, dilengkapi radar SMART-L dengan kemampuan integrasi dengan sistem radar INDRA 2 (low frequency radar – stealth detection capable), dan sistem rudal ASuM dan SAM buatan dalam negeri)
  3. Kapal selam Changbogo class (design U214, VLS/non VLS variant)
  4. Kapal LHD 30.000 ton capable of delivering 1 BTP (batalyon tim pendarat) + 30 medium tanks + 14 helos.
  5. Sotong family UUV (unmanned underwater vehicle), 2 variants currently developed and deployed. a. Variant 1, codenamed Sotong: equipped with 120kg internal shaped charge warhead with magnetic fuze, able to submerge up to 250 m, utilizing passive sonar for tracking surface targets, and fully automated sequence of engagements. b. Variant 2, codenamed Cumi: torpedo carrying vehicle, details undisclosed
  6. Sea Ghost multipurpose mini submersible vehicle, 2 variants currently deployed, details strictly undisclosed.
  7. Rudal anti kapal berdaya jangkau 90, 180, dan 250 km.
Kapal Trimaran
Kapal Trimaran
C. Matra Udara
  1. Indonesian Fighter Xperimental (IFX), 4,5th and 5th Gen fighter base design, incorporate semi stealth features, internal weapons bay, AESA radar, advanced EW capability.
  2. J-10B-based fighter, using Lyulka AL-41F turbofan engine, PESA radar.
  3. Rudal AAM berdaya jangkau 20, 60, dan 180 km berpemandu IR dan radar aktif.
  4. Rudal ASM berdaya jangkau 30 dan 100 km, berpemandu TV, dan IR.
  5. Smart Bomb berpemandu laser. Sistem AEW & C (license based).
Disain Pesawat IFX PT DI (photo: detik.com)
Disain Pesawat IFX PT DI (photo: detik.com)

PLus ada beberapa item lain yang strictly confidential, belum waktunya disingkap.
Demikian, selamat berdiskusi, hehehe…. (By Narayana)
Keterangan tambahan:
AAM (Air to Air Missile) – Rudal udara ke udara
ASM (Air to Surface Missile) – Rudal udara ke darat

Selasa, 01 April 2014

DPR: Pertahanan Udara Rawan – Peralatan Militer Indonesia Belum Dimodernisasi


image: ROL

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –DPR menilai sebaran radar pertahanan milik TNI AU sangat terbatas. Karenanya, jumlah 20 radar perlu diperbanyak demi menjaga wilayah udara NKRI.
Belum lagi banyak radar yang berusia cukup tua sehingga perlu diremajakan. “Sebenarnya ini belum cukup karena banyak yang harus diperbaiki atau diganti,” kata anggota Komisi I DPR Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati ketika dihubungi, Selasa (1/4).
Ia mengungkap hasil analisis Komisi Pertahanan banyak ruang kosong yang tidak terkover radar militer. Hal itu tentu riskan kalau dibiarkan terus berlanjut. Pasalnya, bisa saja sebuah benda asing lewat begitu saja tanpa terdeteksi ketika melewati wilayah udara NKRI.
“Pengadaan radar harus diperbanyak mengingat sistem pertahanan udara kita rawan intervensi asing,” kata politikus Partai Hanura itu.
Susaningtyas menyadari, luasnya wilayah NKRI memang membutuhkan komitmen kuat dari pemerintah untuk memperkuat alutsista TNI AU. Hanya saja, Kemenhan menghadapi kendala lantaran tidak disokong anggaran besar.
Dia menyarankan agar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) diberi wawasan Nusantara demi mendukung peremajaan alutsista. Dengan cara itu, sambung dia, pemenuhan radar militer baru yang canggih dapat direalisasi. “Betul anggaran alutsista kita terbatas. Bappenas harusnya juga memiliki visi pertahanan.”
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan Indonesia belum memodernisasi peralatan radar militer pantai dan udara. Sebab menurutnya Indonesia masih berfokus pada pengadaan alutsista utama (senjata dan kendaraan tempur).
“Untuk Angkatan Udara alutsista pendukungnya masih radar lama dan belum semua pangkalan udara militer dilengkapi radar,” kata Mahfudz Siddiq ketika dihubungi Republika, Senin (31/3).
Mahfudz mengatakan sebagian besar radar militer Indonesia sudah tidak berfungsi optimal. Ini karena radar yang digunakan sudah tidak moderen. Menurut Mahfudz anggaran alutsista sebesar Rp 120 triliun selama 2009 sampai 2014 tidak  memadai.
“Memang diakui dalam rencana strategi (renstra) 2014 belum bisa biayai radar militer,” ujarnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengusulkan agar ada peningkatan anggaran alutsista periode 2014–2019. Mahfudz mengatakan modernisasi radar militer udara dan pantai sudah tidak bisa ditunda. Pasalnya lalulintas udara dan perairan Indonesia sudah semakin padat.
“Saya usulkan belanja alutsista periode berikut Rp 200 triliun,” katanya.
Mahfudz menolak belanja alutsista TNI tidak tepat guna. Dia menjelaskan fungsi alutsista tidak optimal karena belanja alutsista tidak dilakukan dalam paket menyeluruh. Mahfudz mencontohkan, saat membeli pesawat Sukhoi, Indonesia tidak sekaligus membeli persenjataan Sukhoi. “Pembeliannya bertahap karena keterbatasan anggaran,” ujarnya. (ROL)

(Photo) Latihan Perang Korea Selatan


Perbatasan yang disengketakanr: Pulau Yeonpyeong menjadi subjek berbagai gesekan berdarah. 
Wikipedia – dailymail.co.uk
Korea Selatan saling bertukar tembakan  dengan Korea Utara setelah latihan tembakan dengan peluru tajam Korea Utara jatuh melewati  wilayah perbatasan.
  • Korut melakukan live-fire drill pada pukul 12.15, menembak ke arah perairan sengketa dekat pulau Korea Selatan.
  • Korut mengirimkan ’fax peringatan’ yang tidak biasa  ke pihak Korsel sebelum latihan militer
  • Ketika tembakan melintasi perbatasan, militer Korea Selatan membalas dengan 300 tembakan dan menerbangkan  F-15 
  • Saling tembak terjadi selama pelatihan tahunan Korsel-AS ,  yang dianggap ‘latihan untuk invasi’  oleh Korut
  • Warga lima pulau perbatasan dievakuasi ke penampungan, pada tahun 2010 orang meninggal akibat serangan Korut
  • Latihan tembakan biasa dilakukan Korut, tetapi mereka biasanya tidak mengeluarkan peringatan sebelumnya

Pasukan Korsel membalas tembakan ke arah perairan Korut. Image AP – dailymail.co.uk

Penduduk diperintahkan mengungsi. Tidak dilaporkan adanya korban jiwa. Image AP – dailymail.co.uk

Saling tembak terjadi selama pelatihan tahunan Korsel-AS , yang dianggap ‘latihan untuk invasi’ oleh Korut.
 Image Reuters – dailymail.co.uk

Pasukan Korea Selatan bersiaga setelah mendapat fax peringatan dari pihak utara.
 Image Getty images – dailymail.co.uk

Kendaraan amphibi marinir Korsel sedang berlatih bersama pasukan AS dengan bom asap ketika lebih dari
 100 tembakan dari Korut dan dibalas oleh pihak Korsel dengan 300 tembakan balasan
. Image: Reuters – dailymail.co.uk

Korea Utara menganggap latihan Korsel-AS sebagai persiapan invasi ke utara. Image AP – dailymail.co.uk

Lima orang penduduk pulai perbatasan diungsikan selama latihan. Pada siang hari pesisir tertutup asap dari 
smoke bomb. Getty images – dailymail.co.uk

Pada latihan Korsel-AS tahun sebelumnya, Korut tiap hari mengirim ancaman serangan, bahkan mengancam
 akan menyerang dengan senjata nuklir ke Seou dan Washington. Getty AP – dailymail.co.uk

Perbatasa utara dibentuk pada perang Korea tahun 1950-1953, tapi tidak diakui oleh pihak Korea Utara. 
Getty images – dailymail.co.uk
Pasukan Korut secara rutin melakukan latihan penembakan, tapi jarang memberi peringatan . 
Getty images – dailymail.co.uk

Minggu-nya, Pyongyang mengancam akan melakukan tes nuklir ke empat kali. Namun pihak Seoul
 mengatakan tidak ada tanda-tanda peledakan. Getty images – dailymail.co.uk

Garis Batas Utara, garis perbatasan maritim disepanjang  garis pantai Utara tersebut adalah lokasi dimana sering terjadi bentrokan. Pada tahun 2010, dua warga sipil dan dua marinir tewas oleh serangan Korea Utara selama sengketa perbatasan. Korea Utara beralasan serangan itu akibat provokasi latihan militer Korea Selatan.
Awal tahun 2010, 46 orang tewas di lepas pantai pulau Baengnyeong setelah kapal perang Korea Selatan tenggelam. Korea Selatan mengklaim kapal mereka diserang oleh Utara. Namun tuduhan itu disangkal pihak Korut.- (dailymail.co.uk)

Korut-Korsel Baku Tembak


Perbatasan laut barat – pada 2010 insiden penembakan oleh Korut menewaskan 4 orang. 2 warga sipil 
dan 2 anggota Marinir Korsel. Image AP
01 April 2014

SEOUL – Militer Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) saling melepaskan tembakan di dekat perbatasan kedua negara, Senin (31/3) kemarin. Insiden ini diprovokasi oleh latihan perang Korut.
Korut sebelumnya telah menyatakan niat untuk menggelar latihan militer sebagai balasan atas kecaman PBB terkait peluncuran rudalnya. Latihan juga dilakukan sebagai tandingan atas latihan militer gabungan yang digelar pasukan Amerika Serikat (AS) di Korsel.
Tak hanya itu, latihan militer juga ditujukan sebagai balasan atas perilaku ”mirip gangster” Korsel yang telah ”menculik” salah satu kapal nelayannya pada akhir pekan lalu. Seoul menyatakan pihaknya telah mengembalikan kapal tersebut.
Para pejabat Kementerian Perta­hanan Korsel mengatakan, lebih dari 100 dari 500 artileri yang ditembakkan Korut mendarat di perairan Korsel di dekat pulau Baengnyeong. Serangan ini dibalas dengan lebih dari 300 tembakan ke arah Korut. Seoul juga menurunkan jet tempur F-15 ke perbatasan tersebut.
”Beberapa peluru Korut jatuh di wilayah kami dan pihak kami langsung membalasnya,” kata juru bicara Staf Gabungan Militer Korsel seperti diberitakan Channel News Asia, kemarin.
Juru bicara Kementerian Perta­hanan Korea Selatan Kim Min-seok menyatakan, pihaknya meyakini Korut sengaja melakukan provokasi untuk menguji keandalan militer Korsel dalam mempertahankan Ga­ris Batas Utara dan untuk me­ning­katkan posisi tawar Pyongyang.
Garis Batas Utara merupakan perbatasan kedua negara yang dibuat pada akhir Perang Korea 1950-1953. Namun Korut tidak mengakuinya. Perbatasan Laut Kuning itu kerap menjadi lokasi bentrokan kedua negara. Pada November 2010, Korut membombardir pulau Yeonpyeong di Korsel dan mene­waskan empat orang. Serangan ini dibalas oleh Korsel.
Evakuasi Warga
Pada tahun yang sama, sebuah kapal Angkatan Laut Korsel tenggelam di kawasan tersebut. Komisi internasional menyatakan kapal itu tenggelam akibat ditorpedo Korut, na­mun Pyongyang menyangkal­nya.
Akibat baku tembak kemarin, warga di pulau Baengnyeong dievakuasi.
”Kami mendesak seluruh warga untuk evakuasi ke tempat perlindungan sekarang, dan beberapa orang telah lebih dulu melakukannya,” kata pejabat kota.
Korut tidak kali ini saja menggelar latihan peluru tajam untuk memprovokasi Korsel. Namun baru kali ini dalam sejarah Korut memberitahukan bahwa mereka ingin melakukan latihan. Pemberitahuan disampaikan Pyongyang melalui faks pada Senin pagi. Isinya, Korut mewanti-wanti kapal Korsel agar tidak mendekati perbatasan laut mereka karena akan digelar latihan.
”Kami menganggap pemberitahuan itu sebagai ancaman dan kami telah mengaktifkan operasi manajemen krisis jika terjadi provokasi. Kami tekankan bahwa kami siap untuk situasi seperti ini,” kata Wee Yong Sub, juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.
Tiongkok, kemarin, menyatakan prihatin dengan baku tembak yang terjadi di perbatasan dua Korea. Negara yang menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan multilateral untuk mengakhiri program senjata nuklir Korut itu, mengimbau kedua pihak agar menahan diri.
”Saat ini suhu di Semenanjung Korea meningkat dan ini meng­khawatirkan kami,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei di Beijing. Dia menambahkan, Tingkok juga prihatin dengan ancaman Korut untuk melakukan tes nuklir.
Korut tahun lalu mengancam akan melancarkan serangan nuklir terhadap Korsel dan Amerika setelah PBB memperketat sanksi terhadap negara itu gara-gara melakukan uji coba nuklir yang ketiga. (rtr-mn-66) – (suaramerdeka)

Cintailah Industri Strategis Indonesia

 
merah_putih_v16 copy
Alutsista kebanggaan buatan dalam negeri
Alutsista kebanggaan buatan dalam negeri
Percepatan Minimum Essential Force (MEF) yang dibangun Kemenhan tidak hanya fokus impor dari luar negeri, tapi juga dengan produsen-produsen dalam negeri. Keseriusan Kemenhan bisa dilihat dnegan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan sejumlah industri alutsista dalam negeri yang dilakukan pada Maret 2012 silam.
“Jumlah kontraknya mencapai Rp 1,3 triliun,” ujar Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro saat itu.
Perusahaan yang dilakukan MoU adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Palindo Marine, PT Pindad, PT Infra RCS Indonesia dan PT Sari Bahari. Selama ini kita telah mengetahui pengembangan BUMN Industri strategis seperti PT DI melalui kerjasama pembuatan alat militer bersama pihak produsen luar negeri seperti pesawat CN-295, CN-235, Helikopter Bell 412, Cougar EC-725, Fennec AS-555, dll.
Lalu ada PT Pindad dengan berbagai macam senjata ringan hingga ke kendaraan lapis baja roda biasa seperti Anoa, Komodo, Rantis 4×4 maupun roda rantai seperti rencana membuat MBT dan tank kelas ringan/sedang yang mampu menjadi andalan dalam kondisi geografis kita. Dalam MoU itu juga ada beberapa alutsista strategis seperti pembuatan Rocket FFAR, Radar/ECDIS, serta pembuatan peluru kendali.
Pembuatan FFAR atau Fin Folding Aerial Rocket ini buatan PT DI hasil Transfer of Technology (ToT) dari produsen asal Eropa, Lesca dengan bersandar lisensi dari Belgia. Ada dua tipe yang dikembangan PT DI yaitu RD 701 berbasis FFAR MK 4 dan RD 7010 berbasis MK 40. Saat ini untuk pengembangan sudah hampir 100%. Sedangkan hulu ledaknya sudah 100 persen buatan lokal dibantu Lapan dengan sistem Doublebase atau basis ganda, sehingga FFAR buatan dalam negeri bisa setara dengan produk-produk luar.

Rocket FFAR buatan dalam negeri - Hulu ledak 100% komponen lokal
Rocket FFAR buatan dalam negeri – Hulu ledak 100% komponen lokal

Spesifikasi
Diameter : 70 mm (2.75 inchi)
Panjang : 120 cm
Berat : 8.4 Kg
Jarak efektif : 3,400 m
Berat Warhead : 2.7 Kg

Untuk radar/ECDIS (Electronic Chart Display and Information System) atau sistem informasi navigasi laut sesuai dengan Organisasi Maritim Internasional (IMO) juga sudah dibuat oleh PT Infra RCS Indonesia. Untuk ECDIS ini murni hasil anggaran pengembangan dari PT Infra. Selain itu PT Infra juga telah mengembangkan Electronic Support Measures (ESM) dan rencana pengembangan bersama WECDIS dengan TNI AL.

INFRA
INFRA

Selain Infra, ada juga dari BUMNIS yaitu PT. LEN Industri seperti Radar Processing dan Display Console untuk teknologi Modern radar dan Legacy radar. Selain Radar/ECDIS PT LEN juga mengembangkan atau memproduksi Combat Management System (CMS), Transoder TPO TLM-01 (untuk kapal selam), Len Cryptosys (Modem Enkripsi asli buatan dalam negeri), peralatan komunikasi radio portable (Manpack)/Base Station/Vehicle, dll.

Surveillance & Reconnaissance
Surveillance & Reconnaissance Device

image002
peralatan komunikasi radio portable (Manpack), Base Station, Vehicle

Sedangkan Peluru kendali, berdasarkan Rencana Strategis 2010-2014 Konsorsium Roket untuk TNI AD memerlukan RX-100 yang Alhamdulillah telah behasil yaitu R-Han 122 (a) tinggal uji tabel tembak, TNI AL RX-122 sama yaitu R-Han 122b dengan jarak dibawah 40 km-tinggal uji Tabel dan RX-320 pengembangan bersama litbang TNI AL dengan jarak 70 Km atau lebih.

sotong42
sotong 42
Sotong 42-tail
Sotong. Image: ryanmesin.wp
Ranjau Laut
Ranjau Laut
Smart Bomb - Dislitbang
Smart Bomb – Dislitbang
RX-320 - sejenis Exocet dengan jarak 180 km
RX-320 – sejenis Exocet dengan jarak 180 km

Untuk RX-320 ini direncanakan untuk mengganti Exocet dan telah dilengkapi Infrared Seeker Head. Dan terakhir untuk TNI AU ada RX-70 dengan jangkauan 7.9 km dan ini juga sudah dikembangkan untuk dicantel di pesawat tempur kita.
Diharapkan Alutsista ringan maupun kelas berat ini bisa mengisi tiga matra TNI agar terciptanya MEF pertama bisa diwujudkan. Untuk MEF kedua ada rencana pengembangan dalam negeri juga seperti Tank Medium, APC Amphibious, RX-320 sejenis Exocet dengan jarak 180 km, PSU kelas sedang, Kapal Selam bersama DSME, Kapal Perang PKR/Frigate bersama DSNS Belanda, dll.
Cintailah produk-produk dalam negeri…

Pembangunan Shelter Sukhoi di Natuna

 
lanud-rinai
Pesawat C- 130 Hercules A-1321 dari Skadron Udara 31 Landing di lanud 

Ranai Natuna (photo: okezone.com)
NATUNA- Pangkalan Udara TNI AU Ranai akan segera dilengkapi dengan jet tempur cangih, Sukhoi. Untuk itu di pangkalan ini akan segera dibangun shelter Sukhoi di hanggar barat Lanud Ranai, Natuna.
“Pembangunan Shelter Sukhoi ini sebagai pangkalan pendukung operasi TNI AU di Natuna,” ujar Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Ranai, Letkol Andri Gandy, Kamis (27/3/2014).
Shelter ini memungkinkan pergelaran pesawat tempur dan dijadikan home base di Lanud Ranai. Sehingga pesawat Sukhoi tetap berada di Lanud Ranai, jika setiap saat diperlukan.
Saat ini Lanud Ranai telah dilengkapi beberapa fasilitas seperti lampu runway, lampu taxiway, emergency, radio TNI AU primary dan secondary hingga lampu tower. Jika sebelumnya bandara ini belum bisa beroperasi di malam hari, tetapi kini sudah bisa dioperasikan dan sudah dilengkapi radar yang terintegrasi.

Pulau Natuna
Pulau Natuna

“Setidaknya dalam kurun waktu dekat, bandara Lanud Ranai bisa sekelas Batam. Walau panjang landasan saat ini masih 2,5 kilometer, sementara Batam sudah tiga kilometer,” ujarnya.
Sebelumnya Asisten Deputi I Bidang Pertahanan Negera Kemenko Polhukam, Fajru Zaini, mengatakan pembangunan shelter pesawat tempur Sukhoi di Lanud Ranai sudah dianggap sebagai langkah memenuhi standar minimum pertahanan negara.
Fajru mengakui, Shelter Sukhoi salah satu penunjang pengembangan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) pada rencana strategis (Renstra) ke depannya. Sehingga kelak pesawat yang melakukan operasi lebih mudah parkir di pangkalan terdepan, salah satunya seperti di Natuna.

Sukhoi TNI AU
Sukhoi TNI AU

“Memang kita harus siapkan sarana untuk alat tempur seperti pesawat tempur Sukhoi. Pembangunan shelter itu dalam menunjang minimum essential force. Dimanapun pangkalan terdepan kita harus sediakan shelter,” ungkapnya saat di Ranai, pekan lalu.
Menurutnya, kelengkapan fasilitas di pangkalan udara terdepan akan memungkinkan pesawat melakukan operasi dengan optimal. Namun pihaknya berupaya melengkapi standar di bandara Lanud Ranai untuk operasi pesawat-pesawat seperti Sukhoi. “Perlu persiapan dulu mulai dari suplai listrik, ground pendaratan yang standar sesuai lebar dan panjang landasannya,” ujarnya. (BatamPos).

Tank Leopard Pilihan Tepat Untuk Memperkuat TNI



 
Tank Leopard 2A4 dan Marder TNI AD di Yonkav 8, Pasuruan
Tank Leopard 2A4 dan Marder TNI AD di Yonkav 8, Pasuruan
Created on Monday, 31 March 2014 12:52
(siaran pers Kementrian Pertahanan)
Jakarta, 30 Maret 2014 – Pemerintah terus mengupayakan peningkatan kekuatan Alutsista TNI untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memodernisasi Alutsista TNI. Dalam rangka modernisasi Alutsista TNI khususnya TNI Angkatan Darat, pada tahun 2012 pemerintah dan DPR telah sepakat untuk membeli Main Battle Tank (MBT) Leopard produksi Jerman.

arc.web.id
Proses pembelian MBT Leopard telah melalui proses yang cukup panjang dengan pendekatan proses bottom up dan top down. Proses bottom up dimulai dengan kajian oleh pengguna yaitu satuan-satuan Kavaleri TNI Angkatan Darat. Kajian tersebut meliputi analisis penggunaan MBT ditinjau dari aspek teknis, taktis dan operasional.
Dari aspek teknis, MBT Leopard memiliki keunggulan dalam desain teknologi yakni besaran kaliber meriam sebesar 120 milimeter, jarak capai, kemampuan penetrasi dan penghancurannya, stabilizer system, serta dan armor protection. MBT Leopard juga memiliki keunggulan yang sangat menentukan yaitu, kemampuan firing control system dan automatic target tracking system yang sangat akurat, serta auto ammo loader guna mempercepat daya tembaknya, thermal imaging sight, laser range finder, dan balistik komputer.
Dari aspek taktis, MBT Leopard telah memenuhi Ketentuan Standar Umum (KSU) Materiil TNI AD dihadapkan dengan fungsi Satuan Kavaleri sebagai unsur penggempur. Jika dilihat dari taktik pertempuran darat, tank Leopard adalah tank yang terunggul di kelasnya. Keunggulan MBT Leopard adalah pada kemampuan daya gerak, tembak, daya kejut dan daya hancurnya. Secara taktis, MBT Leopard dapat digunakan di daerah perkotaan maupun di perbukitan atau di daerah setengah tertutup. Meskipun beratnya mencapai 60 Ton, namun tekanan gandar yang ditumpukan ke permukaan hanya sekitar 8 kg/cm2. Hal ini dimungkinkan karena permukaan tumpu relatif luas.
Selain itu, Tank ini juga tidak selalu mengandalkan jembatan yang ada, karena setiap kompi dilengkapi dengan jembatan taktis yang bersifat portabel, yang dapat digelar saat Tank harus melewati sungai kecil yang tidak ada jembatan, atau kapasitas jembatannya tidak mampu menopang berat Tank (misalnya jembatan dengan konstruksi bambu/kayu)

arc.web.id

Dari aspek operasional, antara lain MBT Leopard memiliki kemampuan mobilitas untuk melintasi medan dengan kecepatan maksimal 70 km/jam. Adanya ketersediaan dukungan logistik misalnya amunisi tidak ada masalah karena akan ada dukungan Transfer of Technologi (TOT) pembuatan munisi kal.120 mm antara Rhienmetal dengan PT. Pindad, disamping itu adanya munisi tipe baru yang dimiliki MBT Leopard yaitu DM-11(Dynamic Magnetic). Untuk suku cadang juga tersedia sampai dengan 20 tahun kedepan, dan ada jaminan sesuai dengan program TOT bersama PT. Pindad.
Selain tiga aspek diatas, aspek geografi Indonesia juga menjadi pertimbangan untuk menentukan pemilihan MBT Leopard yang beratnya 63 ton. Tank Leopard dapat bergerak dan bermanuver dengan leluasa di wilayah Indonesia dan untuk melewati jalan serta jembatan tidak menimbulkan kerusakan. Penempatan MBT di Indonesia tidak ada masalah, sebagai contoh negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, Laos, dan lain-lain yang memiliki geografi relatif sama dengan Indonesia telah memiliki MBT.
Selain itu, aspek TOT juga menjadi pertimbangan dalam pembelian MBT Leopard. Rheimetal Jerman memberikan dukungan sepenuhnya berupa transfer teknologi baik berupa pemeliharaan, operasional dan pengadaan amunisinya bersama PT Pindad, Bandung. Transfer teknologi merupakan salah satu persyaratan pembelian Alutsista dari luar negeri untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Sementara itu dalam proses top down, pengadaan MBT Leopard dilakukan melalui kajian dari aspek geopolitik, geostrategi, diplomasi dan kerja sama militer. Dalam aspek geopolitik dan geostrategi, Kementerian Pertahanan melakukan analisis keseimbangan kekuatan di kawasan, yang memperhitungkan empat komponen kuatan yaitu diplomasi, informasi, militer, ekonomi.
Ditinjau dari aspek akuntabilitas, Kementerian Pertahanan juga membentuk Tim Evaluasi Pengadaan yang bertugas mengevaluasi proses pengadaan suatu barang yang akan dibeli. Dalam tugasnya, Tim Evaluasi Pengadaan mengevaluasi apakah suatu proses pengadaan telah mematuhi peraturan yang berlaku. Selain itu, Tim ini juga bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan strategis kepada Menteri Pertahanan.
Setelah semua proses pengadaan selesai, tidak serta merta pembelian dapat dilakukan. Meskipun kontrak telah ditandatangani, namun tidak akan efektif sebelum mendapat persetujuan dari DPR. Artinya pengawasan itu berlapis, internal pemerintah, antar kementerian, dan pengawasan DPR.
Setiap pengadaan Alutsista juga diawasi oleh High Level Committee (HLC) yang dipimpin oleh Wamenhan. HLC bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi mulai dari perencanaan pembiayaan sampai dengan kegiatan pengadaan Alutsista. Selain itu, dibentuk pula Tim Konsultasi Pencegahan Penyimpangan Pengadaan Barang dan Jasa yang terdiri dari Itjen Kemhan, Itjen Mabes TNI, Itjen Mabes Angkatan, BPKP dan LKPP.
Dengan demikian, pengadaan MBT Leopard sudah melalui proses yang panjang dan sangat ketat, sehingga kecil kemungkinan terjadinya penyelewengan dan kebocoran anggaran. Selain itu, pengadaan Alutsista TNI, termasuk MBT Leopard dilakukan tanpa perantara. Saat ini, pengadaan Alutsista TNI menggunakan model G to G atau G to B tidak melibatkan broker atau pihak ketiga. Kementerian Pertahanan juga telah mempersilakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memantau proses pengadaan MBT Leopard. (ARC)

Penjelasan TNI AD tentang Tank Leopard

Tank Leopard 2A4 TNI AD
Tank Leopard 2A4 TNI AD

Rekan rekan Media,
1. Ada beberapa hal yang perlu kami jelaskan sbg respon dari pendapat Bapak B.J. Habibie tentang Tank Leopard TNI AD Rabu (26 Maret) kemarin.
2. Ada 140 negara pengguna MBT diseluruh dunia, dengan 65 jenis MBT yang berbeda.
- Khusus Tank Leopard digunakan oleh 20 negara besar (14.3 % dari total MBT), mulai dari Australia, Austria, Brazil, Canada, Chili, Denmark, Finlandia, Jerman, Yunani, Indonesia, Italy, Lebanon, Norwegia, Polandia, Portugal, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, sampai Turki.
- Dari 20 negara tsb, HANYA 3 (15 %) yang memiliki Padang Pasir. 85 % dari negara2 tsb TIDAK MEMILIKI Padang Pasir.
3. Berat Tank Leopard dihadapkan jalan & jembatan di Indonesia.
- Sekalipun berat Tank Leopard +/- 60 Ton, TEKANAN JEJAK pada tanah hanya 0.8 kg/cm2 atau 8.9 Ton/m2. TEKANAN JEJAK ini relatif sama dng Tank AMX-13 (Berat 14.5 Ton) & Scorpion (Berat 8 Ton).
- Dengan TEKANAN JEJAK 8.9 Ton/m2, Tank Leopard SANGAT MEMENUHI syarat gunakan Jalan Kelas 1 & 2 di Indonesia (Perda : MUATAN SUMBU TERBERAT di jalan Kelas ini bisa lebih dari 8 Ton/m2).
- BEBAN TERBAGI RATA Tank Leopard (q = 2.38 kNm2) masih lebih kecil dari Jembatan Kelas A & B (q = 4.46 kNm2) di Indonesia (lebar 6m, panjang 40m).
- Tank Leopard mampu manuver off road, di permukaan berlumpur, di sungai dng kedalaman < 4m.
4. Untuk penempatan 103 unit Tank Leopard TNI AD :
- Batalyon Kavaleri 1 Kostrad, Cijantung (total 41) :
* 13 Leopard 2A4.
* 28 Leopard 2 RI.
- Batalyon Kavaleri 8 Kostrad, Pasuruan (total 41) :
* 28 Leopard 2A4.
* 13 Leopard 2 RI.
- Pusat Pendidikan Kavaleri, Padalarang (total 4) :
* 3 Leopard 2 RI.
* 1 Leopard 2A4.
- Kompi Kavaleri CAMB, Sentul :
* 13 Leopard 2 RI.
- Kompi Kavaleri Pusat Latihan Pertempuran, Baturaja (total 4) :
* 4 Leopard 2 RI.
- Dari kebutuhan 103 garasi Tank Leopard, 82 diantara-nya (79.6 %) sudah selesai dibangun di berbagai lokasi tsb. Sisa-nya akan diselesaikan tahun 2014.
Brigjen TNI Andika Perkasa
Kepala Dinas Penerangan TNI AD

I Love You, Natuna..!

 
Sudut Pulau Natuna – courtesy of soulinartphotography.com

I Love You, Natuna..! Seandainya kisah pembuangan seorang tokoh berpengaruh di suatu negara masih ada hingga ke saat ini, maka saya memimpikan untuk menjadi tokoh itu yang dibuang ke Natuna. Hehehe..! Its my legend island..! Tepat 25 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pulau emas ini.
Maaf, saya menyebutnya sebagai pulau emas, untuk menggambarkan betapa besarnya potensi ekonomi yang dimiliki pulau ini. Natuna tiba-tiba menjadi sesuatu yang sangat grand dalam hidup saya, ketika suatu saat saya diminta kepala sekolah saya untuk mewawancarai tokoh terkemuka, budayawan Riau, sekaligus pencetus ide Riau Merdeka, yakni Prof. Dr. Tabrani Rab. Waktu itu saya baru pindah sekolah di salah satu SMAN paling terkenal di Pekanbaru. Hehehe..! Maaf saya harus menyebut almamater saya ini sebagai sebuah institusi pendidikan menengah favorit atau paling terkenal di Pekanbaru, supaya bisa mendeskripsikan seacara real tentang kondisi Riau di masa itu. Riau 25 tahun yang lalu adalah sebuah wilayah kepulauan yang maha besar di belahan Timur pulau Sumatera. Riau adalah daerah yang pernah memberikan andil besar dalam perekonomian nasional.
Di masa jayanya, ketika PT Caltex Pacific Indonesia mulai menemukan cadangan minyak terbesar di Indonesia, yakni 2 miliar barel, yang terdapat dalam perut bumi wilayah Duri, Riau mampu menyumbang sebesar 65% dari seluruh lifting minyak nasional Indonesia. Angka yang sangat fantastis..! Dari sini kita akan mengetahui alasan mengapa di Pekanbaru terdapat skuadron pesawat tempur yang diperhitungkan. Oil and Gas Factor..! Bahkan konflik PRRI Permesta di Sumatera harus berawal dan berakhir di daerah ini.

Ilustrasi: Offshore Oil and Gas lifting . image: en.tempo.co

Adalah LB Moerdani yang dalam misi melumpuhkan konflik tersebut baru untuk pertama kalinya melakukan terjun payung, telah menjadi saksi dan sekaligus mampu memprediksi masa depan gemilang daerah ini. Di wilayah provinsi Riau pada masa itu sudah menjadi pemandangan keseharian bila kita menyaksikan sumur-sumur minyak, pipa-pipa minyak sebesar perut kerbau di sebelah kiri dan kanan bahu jalan, anjungan minyak lepas pantai, atau kawasan-kawasan eksklusif yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan minyak, baik lokal maupun asing. Dari mulai Dumai, Duri, Minas, Rumbai, Pekanbaru, Siak, Selat Panjang, Sei Pakning, Bengkalis, terus memanjang jauh hingga ke Natuna, aura minyak tidak akan pernah lepas dari pandangan mata kita.
Menelusuri jalur minyak Riau, itulah yang saya lakukan 25 tahun lalu bersama Prof. Tabrani, dalam rangka memperkaya materi yang akan saya pakai dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat Nasional di Jakarta. Dengan ketekunan penuh bak seorang ayah, dia menceritakan rentetan kisah dan sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan di Riau, seperti kerajaan Siak Sri Inderapura maupun kerajaan Seri Bintan di pulau Bintan, Kepri. Meskipun dengan andil minyak yang mencapai 65% dari total minyak nasional, tapi ekonomi Riau saat itu tidak terlalu istimewa, hanya sedikit lebih baik dari Bengkulu dan Jambi. Jalan-jalan perkotaan yang sempit, jalan provinsi yang lebih banyak memanfaatkan infrastruktur jalan milik perusahaan minyak, yang selalu berdebu di saat musim kemarau, atau sangat licin di saat musim hujan. Hampir tidak ada sesuatu yang membanggakan. Bahkan di Pekanbaru sendiri sebagai ibukota provinsi Riau pada saat itu, kondisinya tidak lebih baik dari ibu kota kabupaten yang ada di pulau Jawa.
Ketika kita belum familiar dengan istilah Mall, dan lebih memilih kata Plaza untuk menyebut pusat perdagangan modern, maka waktu itu di Pekanbaru hanya ada terdapat satu plaza, yakni Suzuya Plaza, yang terletak di Jalan Soedirman. Tempat ini menjelma menjadi pusat hiburan masyarakat urban Pekanbaru, dan menjadi tujuan utama seluruh masyarakat Riau yang bertandang ke Pekanbaru. Kota kedua terbesar di Riau adalah Tanjung Pinang, yang notabene adalah bekas ibukota provinsi Riau, yang letaknya berada di wilayah Kepri. Dengan sistem transportasi udara yang masih sangat minim, moda angkutan laut menjadi satu-satunya alternatif untuk bisa menjangkau seluruh pelosok daerah Riau. Tanjung Pinang dianggap sudah sampai sepertiga perjalanan kita dari Pekanbaru menuju pulau Natuna. Sesudah Tanjung Pinang, kita masih harus melewati Tanjung Balai Karimun, sebelum akhirnya kita akan melakukan perjalanan menegangkan, karena disepanjang laut yang kita lewati, hantaman ombak senantiasa datang silih berganti, bahkan jika badai sedang tiba, perjalanan laut dari Pekanbaru ke Natuna bisa menjadi perjalanan maut yang harus ditempuh berhari-hari, atau seringkali Natuna menjadi The Forbidden Island, yang dilarang untuk dikunjungi melalui laut karena ganasnya ombak sangat mengancam keselamatan.
Jadi jangan bayangkan Natuna seperti kota kecamatan lainnya yang ada di pulau Jawa. Jumlah kendaraan roda empat masih sangat jarang, karena bisa dimaklumi, jalan raya disana lebih layak disebut sebagai gang daripada sebatang jalan. Sempit dan alakadarnya. Sepeda dan motor menjadi pilihan utama, bahkan untuk memiliki motor, kita gak perlu sibuk ngurus STNK dan BPKB, motor bodong pun masih bisa kita pake, jangan takut dengan polantas, karena polisi mana yang mau ditugaskan di Natuna, bahkan markas TNI AL pun kondisinya tidak lebih baik dari gubuk warung tuak, yang berlantai tanah dan berdinding serta beratapkan seng. Yang membedakan cuma kibaran bendera Merah Putih yang terpancang gagah di atas sebatang kayu bakau. Sungguh sangat menyedihkan..!
Tapi itu dulu, sekarang kondisinya sudah berubah total. Tidak perlu lagi merasa minder beridentitaskan warga Natuna. Ketika kandungan minyak dalam perut bumi di Riau daratan sudah jauh berkurang, Natuna kini menjelma menjadi pulau harapan dan primadona Indonesia di masa depan. Perhatian dunia tidak pernah terlepas dari titik hitam peta dunia yang menjadi wilayah terluar teritori NKRI.
Kandungan minyak dan gasnya yang sangat melimpah, dan konon menjadi salah satu cadangan migas terbesar dunia, serta posisi netralnya yang sangat setrategis dalam konteks konflik LCS, menjadikan pulau permai ini tidak pernah berhenti menebar seduction effect pada negara-negara yang terlibat langsung dalam kemelut LCS atau pun negara-negara penjarah sumber daya alam dunia. Adalah sebuah keputusan tepat yang sangat menyenangkan, sekaligus menenangkan ketika pemerintah memberikan fokus pada pengembangan pulau ini dari sisi militer.

Combat radius Sukhoi dari Natuna
Combat radius Sukhoi dari Natuna

Jangan berhenti hanya sampai pembentukan pangkalan utama TNI AL, nyatanya Natuna bukanlah sebuah pulau kerdil yang tidak memiliki karakter agraria. Natuna jauh lebih besar dari S’pore dan Batam, yang bahkan masih bisa dikembangkan menjadi sentra industri gula dan garam terbesar di Asia. Natuna bukanlah secuil wilayah datar, yang konon tidak cocok ditempati oleh skuadron heli Apache, dan Natuna bukanlah semata-mata tentang laut dan pantai. Natuna adalah segalanya, yang memiliki kelayakan dan nilai yang sangat strategis baik yang dimiliki oleh daratannya, laut, maupun wilayah udaranya. Bahkan jika pemerintah lebih serius, pembentukan sebuah Kodam di Natuna akan sama pentingnya dengan pengerahan pasukan kita di TimTim dulu.
Bisa dibayangkan jika pulau-pulau seperti Natuna, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Selat Panjang, sampai Pekanbaru dilengkapi piranti arhanud medium range, maka gugusan wilayah ini akan menjelma menjadi sosok seekor naga dengan bola dan lidah apinya yang menjulur, menyambut sahabat yang berniat baik, dan akan siap membakar dan menghanguskan siapun yang datang untuk menebar ancaman. Selamat datang TNI, selamat berbenah Natuna. Doa kami akan senantiasa ada untukmu. Jayalah NKRI..! (By yayan@indocuisine)
 

Blogger news

Blogroll

About