
Teknisi berada di atas Main Battle Tank
Leopard yang dipamerkan pada Indo Defense di Jakarta
Internatonal Expo,
Kemayoran, Jakarta, Selasa (6/11/2012). Pameran tersebut diikuti 500
peserta dari 40 negara. Ajang unjuk gigi industri alutsista ini akan
dibuka hari ini dan berlangsung hingga 10 November.
Jakarta – Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie
Wibowo angkat bicara, membantah kritik Presiden ketiga RI BJ Habibie
soal pembelian tank Leopard oleh bekas kesatuannya itu. Dia berpendapat
penilaian Habibie tak tepat.
“Kalau Pak Habibie bilang tank Leopard keberatan berton-ton dan nggak
ada jembatan yang mampu dilalui tank ini, saya tanya semenjak tank itu
datang ke Indonesia apa ada jembatan yang ambruk?” ujar Pramono di
Jakarta, Jumat (28/3/2014). Sebelumnya, Habibie mengatakan, tank Leopard
tak cocok dengan karakteristik Indonesia.
Pembelian 116 tank Leopard bekas dari Jerman terjadi saat Pramono
menjabat KSAD. Sejak tank-tank itu tiba di Pelabuhan Tanjung Priok,
dibawa ke Mako Kopassus di Cijantung, dan kemudian dipamerkan di
Kemayoran, Pramono mengaku langsung memeriksa apakah ada jembatan yang
ambruk karena dilewati Leopard.
“Tidak ada yang ambruk. Saya pun bertanya, Pak Habibie ini kenapa
menghina Kementerian PU Indonesia yang buat jembatan? Jangan selalu
membangga-banggakan produk asing,” kata anggota Dewan Pembina Partai
Demokrat ini.
Selain itu, Pramono pun menepis pandangan Habibie yang menyatakan
Indonesia tak membutuhkan Leopard karena tank ini dirancang untuk gurun
pasir. Dia mengatakan, negara-negara seperti Brasil, Singapura, Belanda,
dan Jerman yang tak punya gurun pasir juga menggunakan Leopard.
Pramono menambahkan, sekarang tak kurang dari 15 negara memiliki
Leopard. Menurut dia, keberadaan tank tersebut akan sangat berguna bagi
pertahanan Indonesia dalam situasi genting.
Diberitakan sebelumnya, Habibie mengkritik keputusan Kementerian
Pertahanan membeli tank Leopard. Menurut dia, tank Leopard tak cocok
sebagai alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia.
“Kita impor tank Leopard itu untuk apa? Itu kan untuk negara padang
pasir, bukan negara maritim,” papar Habibie saat memberikan pidato
penutup dalam seminar Uji Publik Capres 2014: Mencari Pemimpin Muda
Berkualitas di The Habibie Center, di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
“Skenario perang berubah. Sekarang pembuat tank itu mencari orang
yang mau bayar besi tuanya. Pakai dong otaknya,” ujar Habibie. Terlebih
lagi, lanjut dia, tank tersebut memiliki berat mencapai 60 ton.
Alat seberat itu, menurut Habibie, tidak akan cocok dioperasikan di
Indonesia. “Belum tentu bisa lewat jembatan, tidak kuat nanti
jembatannya. Dan, saya dengar akan datang langsung 120 (buah), mau taruh
di mana?” ujarnya.
Habibie meyakini Kementerian Pertahanan sudah mengetahui kondisi-
kondisi teknis itu. Namun, menurut dia, Kemenhan sepertinya lebih
mementingkan unsur ekonomi dibandingkan unsur teknis dari pembelian tank
itu.sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar